22 April 2020
Features
Berpihak Pada Bumi yang Lebih Hijau
Pengembangan kendaraan berteknologi listrik merupakan sebuah keniscayaan mengikuti perkembangan tren global, serta tuntutan lingkungan. Termasuk Indonesia yang ikut mendukung kebijakan ramah lingkungan melalui kesepakatan global.
Salah satu dukungan Indonesia terhadap kampanye perubahan iklim yaitu keikutsertaan dalam pertemuan PBB di Paris pada 2015. Pada kesepakatan tersebut, Indonesia bersama negara lain di dunia meneken perjanjian global terkait langkah mengerem perubahan iklim.
Pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Paris Agreement atau COP21 (Confrence of Parties ke 21), menghasilkan butir kesepakatan antara lain, mengendalikan suhu bumi menjadi kurang dari 2 derajat selsius. COP21 itupun berlanjut hingga COP23 yang membangun komitmen tiap negara melalui rencana strategi konkret mengerem perubahan iklim.
Indonesia telah memproklamirkan perang terhadap perubahan iklim dengan penyusunan langkah di dalam Intended Nationally Determine Contribution (INDC) kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC).
RI berkomitmen untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai biang keladi perubahan iklim bumi. Indonesia menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 20% dibandingkan BAU (Business as Usual), dengan tambahan 21% menjadi 41% dengan sokongan bantuan internasional pada 2030.
Merujuk target tersebut, Pemerintah Indonesia menyusun berbagai kebijakan sebagai langkah akselerasi, salah satunya dengan menerbitkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Dalam RUEN, pemerintah menetapkan langkah sinergi memangkas tingkat emisi GRK di seluruh sektor.
Emisi GRK paling besar sejauh ini disumbangkan buangan pembakaran energi fosil. GRK sektor energi ini mencapai 464,4 juta ton CO2 pada 2014. Persoalannya, GRK sektor energi itu berasal dari beragam aktivitas bisnis, seperti pembangkit listrik (33%), sektor industri (30%), transportasi (29%), dan sektor lainnya (8%).
Besarnya emisi disebabkan tak lain karena penggunaan energi fosil batubara pada pembangkit listrik dan industri, serta BBM pada sektor transportasi. Selain mendorong realisasi RUEN, pemerintah pun melahirkan berbagai kebijakan pendukung.
Untuk menekan emisi GRK sektor transportasi, tren perkembangan kendaraan berteknologi listrik pun diadopsi sebagai strategi. Sebagaimana tertera dalam RUEN, ke depan pemerintah bakal menggenjot penerapan teknologi elektrifikasi sejalan dengan penyediaan pembangkit tenaga listrik ditargetkan lebih dari 115GW, sedangkan pada 2050 mencapai 430GW.
Bersamaan dengan itu, sektor transportasi secara perlahan akan bertransformasi dari menenggak bahan bakar fosil kepada sumber energi lainnya. Saat ini, BBM mencaplok porsi terbesar yang digunakan sektor transportasi sebesar 96,0%.
Dalam RUEN Porsi tersebut terus dikikis. Pada 2025, penggunaan BBM pada sektor transprotasi ditargetkan hanya 83,5%, dan 72,9% pada 2050. Seiring dengan itu, penyediaan sumber energi sektor transportasi beralih kepada BBN, energi listrik, dan gas.
Kehadiran Mobil Listrik
Salah satu kebijakan yang diusung pemerintah untuk menanggulangi perubahan iklim sektor transportasi yaitu pengembangan mobil berteknologi listrik. Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan menyangkut pengembangan mobil berteknologi listrik yang beragam jenis.
Pertama, penerbitan Perpres No.55/2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Bertenaga Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV). Kedua, yakni PP No.73/2019 tentang Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah (PPnBM).
Dalam merespon kedua regulasi di atas, Toyota Indonesia mendeklarasikan diri untuk menyukseskan program pemerintah dalam implementasi kendaraan berteknologi listrik. Toyota akan memperbanyak pilihan model kendaraan berteknologi listrik mulai tahun 2020 ini. Toyota mulai akan memperkenalkan kendaraan elektrik baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) dan juga kendaraan elektrik hibrida colok (Plug-in Hybrid Electric Vehicle/PHEV). Selain itu, ragam model kendaraan listrik hibrida (Hybrid Electric Vehicle/HEV) juga akan ditambah. Dengan demikian, diharapkan konsumen akan memiliki banyak pilihan kendaraan berteknologi listrik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Di sisi lain, Toyota juga telah merencanakan untuk memulai produksi lokal HEV di Indonesia pada tahun 2022. Model HEV produksi lokal tersebut akan ditujukan tidak hanya untuk pasar domestik, namun juga untuk pasar ekspor. Produksi lokal HEV ini juga termasuk pengembangan rantai suplai komponen-komponen utama kendaraan berteknologi listrik.
Dengan keseluruhan rencana popularisasi kendaraan berteknologi listrik ini, Toyota berharap dapat mendukung target pemerintah Indonesia dalam upaya mewujudkan udara yang lebih bersih melalui penurunan emisi dan mengurangi impor minyak menuju keseimbangan neraca perdagangan yang lebih baik. Selain itu, Toyota juga mendukung pengembangan industri nasional yang berkelanjutan sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi pada peningkatan standar dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Toyota sangat percaya akan potensi Indonesia dan pencapaian target-target implementasi teknologi elektrifikasi. Karenanya Toyota berkeinginan kuat untuk mendukung penggunaan kendaraan elektrifikasi secara massal sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia sebagai bentuk keberpihakan pada upaya mewujudkan bumi yang lebih hijau.
Electrified Vehicle, Electrification, BEV, PHEV, HEV