14 Maret 2022
Features
Peran Penting Ekspor Otomotif terhadap Pengembangan Industri dan Ekonomi
Ekspor otomotif ikut berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional baik secara makro maupun bagi industri itu sendiri.
Selama periode 2016-2021, investasi otomotif di Indonesia terus bertumbuh. Dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA), secara kumulatif investasi mencapai US$6,03 miliar.
Dengan catatan tersebut, berarti selama lima tahun belakangan, terjadi peningkatan kapasitas terpasang pabrik otomotif di Indonesia. Terakhir, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kapasitas terpasang itu telah mencapai 2,3 juta unit per tahun.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu, Jepang menjadi motor investasi PMA di dalam negeri dengan suntikan modal sekitar US$3,69 miliar selama 2016-2021.
Berkaitan dengan itu, total pasar domestik (retailsales) prapandemi saja yakni periode 2018 dan 2019 hanya mencapai 1,04 juta dan 1,16 juta unit. Artinya, utilisasi pabrik dari seluruh volume produksi terpasang hanya sekitar 50%, jika hanya mengandalkan pasar domestik.
Masih periode prapandemi, total ekspor mobil utuh ikut menambah utilisasi pabrik. Pada 2018, ekspor CBU dari Indonesia mencapai 264.553 unit dari total produksi yang mencapai 1,34 juta unit. Sedangkan pada 2019, total ekspor mencapai 25,8% dari total produksi 1,28 juta unit.
Bahkan sewaktu pasar domestik anjlok akibat hantaman awal pandemi Covid-19 pada 2020, yang memangkas volume hingga 578.321 unit (retailsales), kontribusi ekspor masih bergeming di kisaran 232.176 unit. Hasilnya, kebutuhan ekspor menopang lebih dari 34% dari total produksi otomotif nasional yang tengah dihantam pandemi dengan torehan 680.160 unit.
Kehadiran produk ekspor itupun berperan menjaga laju industri otomotif yang terpaksa bertahan selama pandemi dalam dua tahun belakangan. Dengan rata-rata kandungan lokal mencapai 70-80% terhadap produk yang dikapalkan ke mancanegara, maka ekspor juga berperan mempertahankan struktur rantai pasok di dalam negeri tetap kokoh.
Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungann Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), menyampaikan, Toyota Indonesia selalu mendorong ekspor sebagai salah satu fokus utama kegiatan perusahaan. Selain memperkuat struktur industri otomotif nasional, ekspor juga bisa meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Plus, tentu saja diharapkan mampu berkontribusi pada neraca perdagangan negara.
Awal tahun ini, Toyota Indonesia menorehkan dua milestone sekaligus. Pertama, capaian ekspor kendaraan CBU bermerek Toyota ke-2 juta unit secara kumulatif. Kedua, ekspor perdana Fortuner ke Australia, salah satu pasar yang punya standardisasi tinggi. Kedua capaian ini mendapat apresiasi tersendiri dari Presiden Joko Widodo yang secara langsung disampaikan di sela-sela kunjungan kerja di Pabrik TMMIN Karawang, Plant I, Jawa Barat, pada tanggal 15 Februari yang lalu.
“Saya sangat menghargai, sangat mengapresiasi (produk) ini dihasilkan oleh SDM-SDM Indonesia yang memiliki kualifikasi yang sangat baik untuk produk ekspor. Sangat teliti, sangat cermat, sangat hati-hati karena ini menyangkut keselamatan orang,” demikian ungkap Presiden RI dalam sambutannya.
Secara keseluruhan, jumlah tenaga kerja industri otomotif hingga perdagangannya mencapai 1,5 juta orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam manufaktur langsung mencapai 500.000 orang.
Berdasarkan catatan Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), saat ini terdapat 1.500 perusahaan komponen dari seluruh level. Rinciannya, pada level Tier 1 dan 2 terdapat 550 perusahaan, level Tier 3 sebanyak 950 perusahaan.
Pada akhirnya, dengan kehadiran ekspor otomotif, setidaknya kerusakan terhadap rantai pasok yang telah dibangun selama lima dekade belakangan bisa dihindari. Apalagi, pada 2021, baik pasar domestik maupun ekspor perlahan pulih.
“Ekspor menjadi salah satu bukti kalau produk buatan Indonesia itu bagus di mata dunia. Otomotif merupakan produk industri teknologi tinggi. Ekspornya tidak bisa disamakan dengan ekspor sumber daya alam, apalagi yang belum diolah. Industri otomotif memberikan nilai tambah (value added) berlipat-lipat sehingga multiplier efeknya sangat luas”, kata Bob Azam di kesempatan terpisah.
Dari sisi nilai, kinerja ekspor industri kendaraan bermotor dan bagiannya, sebagaimana dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun lalu mencapai US$8,63 miliar, meningkat lebih dari 100% dibandingkan US$3,03 miliar pada 2020.
Catatan ekspor juga mengerek porsi sektor otomotif terhadap total nilai ekspor maupun terhadap kinerja industri pengolahan non migas. Dengan catatan tersebut, kontribusi ekspor otomotif terhadap total nilai ekspor nasional yang sebesar US$231,5 miliar, menjadi 3,73%, naik dari sebelumnya hanya 1,86%.
Sedangkan terhadap kinerja industri pengolahan non migas, ekspor otomotif berkontribusi sebesar 4,88% pada 2021. Padahal di tahun sebelumnya, kontribusi tersebut hanya sebesar 2,32%.
Melonjaknya nilai ekspor itupun memperlebar surplus pada 2021. Dari neraca perdagangan sektor industri kendaraan bermotor dan bagiannya, Indonesia memetik surplus sebesar US$2,3 miliar, karena saat bersamaan nilai impor produk otomotif (HS 87) mencapai US$6,32 miliar.
Sumber: Gaikindo, BKPM, BPS, GIIAM diolah
#Toyota Export, #Ekspor Toyota, #Industri Otomotif, #Investasi Otomotif